Sejarah Desa Sukoharjo, Kec. Wilangan, Kab. Nganjuk
SEJARAH
DESA SUKOHARJO
![]() |
| Punden Dusun Tukdadap, Desa Sukoharjo Kec. Wilangan, Kab. Nganjuk |
|
|
![]() |
| Sumur Gede Dusun Plosorejo, Desa Sukoharjo Kec. Wilangan, Kab. Nganjuk |
|
![]() |
| Punden Dusun Plosorejo, Desa Suoharjo Kec. Nganjuk, Kab. Nganjuk |
Desa Sukoharjo
merupakan salah satu desa di Kecamatan Wilangan, Kabupaten Nganjuk. Desa
Sukoharjo berbatasan dengan Desa Banaran Kulon di sebelah timur, Desa Banaran
Wetan di sebelah utara, Desa Bandungan di sebelah barat, dan Desa Ngudikan di sebelah selatan.
Dinamakan Desa Sukoharjo,
karena diambil dari kata suko yang merupakan nama pohon yang ditemui oleh Mbah
Suro Manggoloyudo pada saat beliau beristirahat dari perjalanannya menyusuri
dan membabat Dusun Tukdadap, Dusun Plosorejo, Dusun Nganginan dan yang terakhir
adalah Dusun Wakung, juga Harjo yang berarti tentram, damai dan ramai karena
pasalnya daerah itu memanglah ramai tetapi masyarakatnya tentram dan damai. Desa
Sukoharjo dijadikan tempat tinggal Mbah Suro Manggoloyudo atau yang dikenal
oleh masyarakat sebagai Mbah Brewok, setelah lelah membabat dusun-dusun yang
kini menjadi bagian dari Desa Sukoharjo.
Sejarah Desa Sukoharjo
dimulai dari pelarian prajurit Grobogan Jawa Tengah tepatnya dari Kerajaan
Mataram yang sampai ke daerah barat Kabupaten Nganjuk. Pelarian prajurit ini
dipimpin oleh Mbah Suro Manggoloyudo yang disebut juga Mbah Brewok.Kemudian
MbahBrewok mencari penghidupan di dekat sumur di daerah barat Kabupaten
Nganjuk. Tak hanya mencari penghidupan, Mbah Brewok juga membabat hutan di daerah
itu. Ketika melakukan pembabatan bersama para anak buahnya, beliau melihat
sebuah pohon dadap yang kemudian dusun yang telah dibabatnya itu dinamakan
Dusun Tukdadap.
Beberapa tahun menetap
di Dusun Tukdadap akhirnya banjir datang dan memaksa mereka berpindah tempat
dan berjalan sedikit ke selatan. Setelah perjalanan yang cukup memakan waktu
akhirnya mereka sampai di daerah yang disana
terdapat pohon ploso. Di sana sudah ada sebuah perkampungan yang telah dibabat
oleh Mbah Iro Drono dan Mbah Darinah. Di daerah itu telah dibuat sumur yang
teryata sumbernya gede (besar) yang
kemudian dinamakan Sumur Gede oleh Mbah Iro Drono. Maksud kedatangan Mbah
Brewok ke daerah itu adalah untuk mencari kehidupan dan mencari keturunan. Kemudian
oleh Mbah Iro Drono dan Mbah Darinah dusun itu dinamakan Dsun Plosorejo karena
banyak pohon ploso tumbuh di daerah itu.
Selang beberapa tahun,
Mbah Brewok beserta anak buahnya menyisir ke sebelah timur di daerah yang isis atau anginnya kencang. Tak hanya
beristirahat dan ngisis di daerah itu
beliau pun membabat dan menjadikan hutan lebat di sana menjadi sebuah permukiman
yang asri dengan udara yang cukup sejuk. Oleh karena itu, oleh Mbah Brewok
daerah bercuaca sejuk itu dinamakan Dusun Nganginan.
Keinginan Mbah Brewok
untuk terus mengembangkan dan membabat hutan lebat di daerah barat Kabupaten
Nganjuk tak berhenti di Dusun Nganginan. Setelah lama beristirahat, Mbah Brewok
pun melanjutkan perjalanan menyusuri hutan lebat ke arah timur dan beristirahat
di bawah pohon suko. Saat beristirahat dan sedikit demi sedikit membabat hutan,
beliau mendengar suara burung kutut yang nyaring berbunyi
”kung...kung...kung...”. Selang beberapa saat Mbah Brewok pun berkata ”Wah
Kung” yang kemudian memberi nama daerah itu dengan Dusun Wakung.
Dusun Wakung menjadi
tempat terakhir perjalanan panjang MbahBrewok menyusuri hutan demi hutan yang
lebat penuh pepohonan dan membabatnya menjadi sebuah permukiman asri dan
tentram. Mbah Brewok bersama para anak buahnya pun memutuskan untuk menetap di
daerah yang memliki banyak pohon suko.
Tak memakan waktu lama, permukiman itu menjadi semakin ramai dan Mbah Brewok
pun memutuskan untuk menamakannya dengan Desa Sukoharjo. Mbah Brewok pun atas kegigihannya mampu mempersatukan empat dusun
dalam satu desa yang kemudian semakin ramai dan tentram sampai saat ini.
Untuk melestarikan
peninggalan bersejarah di Desa Sukoharjo dan sebagai agenda tahunan di sana,
masyarakat rutin mengadakan acara Nyadran
atau yang dikenal warga dengan bersih desa. Nyadran adalah serangkaian upacara
yang dilakukan oleh masyarakat Jawa, terutama Jawa Tengah (Wikipedia).Bersih
desa atau nyadran itu sendiri
dilaksanakan oleh para masyarakat Desa Sukoharjodi punden-punden peninggalan
yang masih terjaga hingga sekarang. Upacara adat seperti ini tentunya harus
terus dijaga kelestariannya agar tetap lestari hingga dapat terus ada sampai
tahun yang akan mendatang.
Sumber : Manusript Desa Sukoharjo yang disimpan di Kantor Desa Sukoharjo
Wawancara dengan narasumber, Bapak Supriyono



Komentar
Posting Komentar